Sunday, July 19, 2015

SAAT MENGENAL DUNIA KAMPUS

SAAT MENGENAL DUNIA KAMPUS
Oleh: Najmudin Aljuhri


Pada tahun 1999 ratusan ribu orang ikut mendaftar dan tes seleksi masuk Universitas Islam Negeri Jakarta Syarif Hidayatullah Jakarta. Entah berapa ratus yang diterima saat itu.
Dan aku adalah masuk di dalamnya. Masuk ke perguruan tinggi, orang menyebutnya Kampus Segi Tiga Emas (UI, UNJ dan UIN) merupakan kebanggaan tersendiri bagiku. Anak desa yang dilahirkan di tempat yang jauh dari jantung kota bisa diterima-bukan sombong loh tapi tahaduts bini’mah.
Pulang pergi antara kampus dan tempat di mana aku istirahat nampaknya membuat aku jenuh dan membosankan. Karena bergaul dengan orang-orang yang terlihat sibuk. Dengan nada memotivasi terucap dari mulut mereka; Yang namanya kuliah itu tidak cukup dengan pergi ke kampus dan pulang ke asrama yang waktu itu aku tinggal di Asrama Himpunan Mahasiswa Banten (HMB) Jakarta. Dalam dunia kampus mesti memilih; 1. Mau kuliah saja, silahkan, 2. Mau di organisasi saja, atau 3. Mau kuliah tapi tetap aktif di Organisasi. Dan kesemuanya memang adan plus-minusnya.
Sebagai penjelajahan turut mampir ke Ikatan Mahasiswa Muhamadiyah (IMM), turut gabung di Forum Kota (FORKOT), turut ngopi bareng di Lingkar Studi untuk Aksi dan Demokrasi, turut ngobrol di Forum Mahasiswa Ciputat (FORMACI). Dan akhirnya aku istiqomah di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Adab dan Humaniora Cab Ciputat dan Himpunan Mahasiswa Banten (HMB) Jakarta. HMI dan HMB ini ingin membentuk pribadi yang Nasionalis dan Primodialistik.
Istiqomah di dua tempat ini karena mungkin aku telah dikhithbah menajdi  menjadi Ketua – sehingga amanah semakin berat. Tapi jalinan silaturahim dengan organisasi yang lain tidak pernah putus. Namun di saat ini pulalah bintik-bintik problematika mulai nampak. Berebut puncak pimpinan di internal dan eksternal kampus selalu menjadi bahan perbincangan. Muncul calon dari organisasi sana, dia bukan orang kita. Muncul dari organisasi sini tetap menurut yang di sana bukan orang kita. Pertanyaannya adalah kita ini orang mana? Makanya wajar mungkin elit-elit politik saat ini mempertontonkan yang menurut orang awam sesuatu tidak wajar karena memang didikan itu tidak jauh berbeda ketika mereka menjadi Mahasiswa.
Terlebih jika isu nasional muncul. Ketika jatuhnya Presiden Soeharto semua Mahasiswa bersatu dengan tujuan untuk menjatuhkan Presiden yang kedua itu. Tapi cerita berbeda ketika detik-detik jatuhnya Presiden Gus Dur terlihat nampak Mahasiswa sudah tidak bersatu lagi. Di situ adanya Jumps Of Idealisme alias loncatan idealisme yang dibangun. Kepentingan Mahasiswa terpecah belah.
Kurang lebih 5 tahun lamanya kuliah, seumur ini pula aku tidak lepas dari hal-hal di atas. Dunia Mahasiswa memang mengasikan. Namun yang jelas segala sesuatunya ada hikmah. Lingkungan sangat berpengaruh besar terhadap pengembangan diri seseorang. Kampusku…Terima kasih.
Cipanas, 19 Juli 2015   


0 komentar:

Post a Comment