SAAT
MENGENAL DUNIA KAMPUS
Oleh:
Najmudin Aljuhri
Pada
tahun 1999 ratusan ribu orang ikut mendaftar dan tes seleksi masuk Universitas
Islam Negeri Jakarta Syarif Hidayatullah Jakarta. Entah berapa ratus yang
diterima saat itu.
Dan aku adalah masuk di dalamnya. Masuk ke perguruan tinggi, orang menyebutnya Kampus Segi Tiga Emas (UI, UNJ dan UIN) merupakan kebanggaan tersendiri bagiku. Anak desa yang dilahirkan di tempat yang jauh dari jantung kota bisa diterima-bukan sombong loh tapi tahaduts bini’mah.
Dan aku adalah masuk di dalamnya. Masuk ke perguruan tinggi, orang menyebutnya Kampus Segi Tiga Emas (UI, UNJ dan UIN) merupakan kebanggaan tersendiri bagiku. Anak desa yang dilahirkan di tempat yang jauh dari jantung kota bisa diterima-bukan sombong loh tapi tahaduts bini’mah.
Pulang
pergi antara kampus dan tempat di mana aku istirahat nampaknya membuat aku
jenuh dan membosankan. Karena bergaul dengan orang-orang yang terlihat sibuk.
Dengan nada memotivasi terucap dari mulut mereka; Yang namanya kuliah itu tidak
cukup dengan pergi ke kampus dan pulang ke asrama yang waktu itu aku tinggal di
Asrama Himpunan Mahasiswa Banten (HMB) Jakarta. Dalam dunia kampus mesti
memilih; 1. Mau kuliah saja, silahkan, 2. Mau di organisasi saja, atau 3. Mau
kuliah tapi tetap aktif di Organisasi. Dan kesemuanya memang adan
plus-minusnya.
Sebagai penjelajahan turut mampir ke
Ikatan Mahasiswa Muhamadiyah (IMM), turut gabung di Forum Kota (FORKOT), turut
ngopi bareng di Lingkar Studi untuk Aksi dan Demokrasi, turut ngobrol di Forum
Mahasiswa Ciputat (FORMACI). Dan akhirnya aku istiqomah di Himpunan Mahasiswa
Islam (HMI) Komisariat Fakultas Adab dan Humaniora Cab Ciputat dan Himpunan
Mahasiswa Banten (HMB) Jakarta. HMI dan HMB ini ingin membentuk pribadi yang
Nasionalis dan Primodialistik.
Istiqomah di dua tempat ini karena
mungkin aku telah dikhithbah menajdi menjadi
Ketua – sehingga amanah semakin berat. Tapi jalinan silaturahim dengan
organisasi yang lain tidak pernah putus. Namun di saat ini pulalah
bintik-bintik problematika mulai nampak. Berebut puncak pimpinan di internal
dan eksternal kampus selalu menjadi bahan perbincangan. Muncul calon dari
organisasi sana, dia bukan orang kita. Muncul dari organisasi sini tetap menurut
yang di sana bukan orang kita. Pertanyaannya adalah kita ini orang mana? Makanya
wajar mungkin elit-elit politik saat ini mempertontonkan yang menurut orang
awam sesuatu tidak wajar karena memang didikan itu tidak jauh berbeda ketika
mereka menjadi Mahasiswa.
Terlebih
jika isu nasional muncul. Ketika jatuhnya Presiden Soeharto semua Mahasiswa
bersatu dengan tujuan untuk menjatuhkan Presiden yang kedua itu. Tapi cerita
berbeda ketika detik-detik jatuhnya Presiden Gus Dur terlihat nampak Mahasiswa
sudah tidak bersatu lagi. Di situ adanya Jumps Of Idealisme alias
loncatan idealisme yang dibangun. Kepentingan Mahasiswa terpecah belah.
Kurang
lebih 5 tahun lamanya kuliah, seumur ini pula aku tidak lepas dari hal-hal di
atas. Dunia Mahasiswa memang mengasikan. Namun yang jelas segala sesuatunya ada
hikmah. Lingkungan sangat berpengaruh besar terhadap pengembangan diri
seseorang. Kampusku…Terima kasih.
Cipanas, 19
Juli 2015
0 komentar:
Post a Comment